Jumat, 24 September 2010

dan

Dan menjadi berbeda
Terus berlari
Tersesat

Dan sendiri-sendiri
Terasing sepi
Merindu

Dan kita terluka
Hanya tangis
Menyesal

Dan hati merayu
Seperti dulu
Sia-sia

Dan kita menjauh
Semakin jauh
Mati

Rabu, 08 September 2010

TENTANG RINDU

Melengking jeritan dalam raga.
Meronta jiwa ingin melepas belenggu.
Segala kata tertera oleh rasa cinta.
Dan kini yang ada hanya rindu.


Bahana terbiasa meraba sukma.
Meretas asa yang terhempas.
Dalam buaian dawai asmara.
Penantian tanpa ada batas.


Ketika membuka tabir kerinduan.
Penawar rasa dari cumbuan ragu.
Dibalik kokohnya dinding keangkuhan.
Hanya untuk satu pelukan rindu.


Biarkan awan menutupi mentari.
Asalkan matamu memberi pancaran saat aku
menari.
Tersengal kaki tapaki sepi.
Saat angkasa terkoyak belati.
Mengiris mega-mega sunyi.


Biarkan bulan tak bersinar malam ini.
Asalkan engkau ada tuk menemani.
Menentramkan rindu atas cinta.
Sejuk merengkuh relung dari tiap nadi dalam raga.
Membasuh air cinta dalam jiwa.


Sentuhan nada tak bergema.
Berucap merdu syair-syair asmara.
Mendamaikan jiwa-jiwa yang lara.
Karena keindahanmu laksana lagu cinta.

Senin, 06 September 2010

TENTANG ANGIN DALAM RUANG BISU

Memandang gelap dari jendela kayu.
Semilir angin malam selalu hadir menjadi tamu.
Menyelinap masuk tanpa pernah mengetuk pintu.
Seperti biasa aku jamu dengan wajah semu.
Slalu hadir menghidangkan rindu mengisi kalbu.

Anginpun berkata-kata dalam diamnya.
Menceritakan kisahnya berkelana mengembara.
Benar saja,karena semuanya hanya tentang rindu.

Angin malam mendesah menahan resah.
Membisikan gumaman kata tak tentu arah.
Ceritakan tentang rindu di penghujung malam.
Seperti dirinya yang akan pergi tanpa memberikan suatu arti.
Dan anginpun berlalu tinggalkan aku di ruang bisu.

Rabu, 01 September 2010

RINDU TAK MENEPI

Mengarungi waktu yang akan berlabuh pada
dermaga malam.
Sejenak rasa melayang pada lapas yang telah ada,manakala mentari memberikan senyum manisnya.
Pesta tanpa jamuan yang tlah berakhir pagi tadi meninggalkan embun tanpa sempat berjanji.
Hanya tersisa butir-butir air yang basah pada daun di sela hati.
Memenuhi relung kosong yang tak sempat di isi oleh nadi.
Ikuti perjalanan hari bersama mentari pada kaki yang tak pernah henti.
Tetap berdiri meski sepi menghampiri di ujung makna tanpa pernah menyadari.
Dan tangan mencoba menggapai setitik asa;
Pada debu-debu yang berlalu-lalang di persimpangan jalan.
Mungkin akan menempel satu atau dua bayang tentang dirimu.
Atau hanya gambaran semu tanpa sosok yang pudar saat angin menidurkan awan.


Pada debu yang tersapu hujan tak lagi menempelkan bayang.
Kenangan melayang di terbangkan angin,menuju mega menata ruang agar bayang tak berpaling.
Siluet warna bergambar noktah memberi pesan dari nyanyian rindu saat jiwa melepas rasa pada keinginan yang terpendam.
Terkubur dalam tanah berwujud rindu,tumbuh menjadi akar yang merambat pada melati di taman harapan.
Aroma yang mewangi seperti melupakan bau debu dan menelantarkan rasa di ujung penantian.

Perjalanan pun terhenti saat jarum berdetak dua belas kali.
Lonceng berdenting dalam bisu saat kata tak lagi terucap.
Hanya dawai bersama nyanyian hujan temani malam yang ditinggalkan rembulan.
Pada pesta dengan menu kemewahan di malam yang kian sepi.
Kuteriakan sepenggal nama seperti dalam jeritan belenggu malam.
Akan rindu yang tak pernah usai.
Kedatangannya menghadiahkan gelisah pada hati tak pernah henti.
Walau tangan tak lagi menepi,rindu telah sampai ke hati.
Dan kini tertidur bersama hujan yang tak henti bernyanyi.